Selasa, 17 September 2019

SEL DARAH MERAH

SEL DARAH MERAH
Sel darah merah memiliki beberapa peran penting. Penurunan jumlah sel darah merah dan kandungan hemoglobinnya merupakan penyebab anemia. Fungsi utama sel darah merah relatif sederhana, yaitu menyalurkan oksigen ke jaringan dan membantu membuang karbon dioksida dan proton yang dibentuk oleh metabolisme jaringan. Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Sel darah merah pada manusia seperti sel darah pada hewan tidak berinti. Melalui proses glikolisis sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transport ion serta pengaturan air keluar masuk sel.
            Setiap detik, sekitar dua juta sel darah merah masuk ke sirkulasi. Umur sel darah merah normal umumnya 120 hari, umur sel darah merah dapat sangat memendek pada keadaan anemia hemolitik. Pada keadaan ini, jumlah retikulosit (sel yang mengandung RNA) meningkat pesat karena sum-sum tulang berupaya mengompensasi penurunan sel darah merah dengan meningkatkan jumlah sel darah merah muda baru di dalam sirkulasi.
            Sel darah merah matang tidak dapat mensintesis protein. Retikulositlah yang aktif mensintesis protein. Ketika masuk ke dalam peredaran darah, retikulosit akan kehilangan organel intraselnya (ribosom, mitokondia dsbnya) dalam waktu sekitar 24 jam, kemudian berubah menjadi sel darah merah muda sehingga kehilangan kemampuan untuk membentuk protein.
            I think the explanation of red blood cells is difficult for me to explain. so I stepped on the explanation “Sistem Golongan Darah ABO”. Saat ini kita telah mengetahui sistem penggolongan darah manusia. Sistem golongan darah yang paling diketahui adalah sistem ABO, Rh (Rhesus), dan MN. Istilah golongan darah berlaku untuk suatu sistem antigen sel darah merah yang dikendalikan oleh suatu lokus genetik dengan jumlah alel bervariasi (misalnya A, B, dan O pada sistem ABO). Untuk tujuan transfusi darah, dasar-dasar sistem ABO dan Rh sangat perlu diketahui. Namun, pengetahuan mengenai sistem golongan darah juga merupakan hal menarik untuk diketahui dalamn bidang ilmu biokimia, genetika, imunologi, antropologi, patologi dan forensik. Pada pembahasan ini saya lebih menekankan pada sistem golongan darah ABO.
            Sistem golongan darah ABO pertama kali ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 ketika ia sedang meneliti dasar transfusi darah yang cocok dan tidak cocok pada manusia. Membran sel darah merah sebagian besar manusia satu substansi golongan darah  tipe A, tipe B, tipe O dan tipe AB. Orang dengan gologan darah tipe A memiliki antibodi anti B dalam plasmanya, sehingga akan menggumpalkan tipe B dan AB. Orang dengan dengan darah tipe B memilki antibodi anti A darah tipe A dan AB. Darah tipe AB tidak memilki antibody anti A dan anti B sehingga biasa disebut resipien universal. Darah tipe O memiliki antibodi anti A maupun anti B sehingga biasa disebut donor universal. Penjelasan sederhananya yaitu
  •           Golongan darah dengan tipe A memiliki antigen A dan antibody B 
  •           Golongan darah dengan tipe B memiliki antigen B dan antibody A 
  •      Golongan darah dengan tipe AB memiliki antigen A dan B tetapi tidak mamilki antibodi A dan karena tidak memiliki antibodi, sehingga golongan darah AB dapat menerima transfusi dari golongan darah manapun. 
  •          Golongan darah O memiliki antibodi A dan B tetapi tidakl memiliki antigen A dan B.


REPLIKASI DNA PROKARIOT


REPLIKASI DNA PROKARIOT

            Penjelasan struktur untai DNA oleh Watson dan Crick tahun 1953, sebagai salah satu pemecahan ilmiah besar di abad 20. Sebuah implikasi penting dari mereka, model DNA pada dasarnya terdiri dari dua untai yang saling melengkapi. Mereka berkomentar :
Tidak lepas dari perhatian kami bahwa pasangan spesifik mungkin memiliki kemampuan yang menunjukkan mekanisme penyalianan bahan genetik.”
Watson dan Crick mengusulkan mekanisme yang dikenal sebagai replikasi semikonservatif dari DNA, karena setiap anak (DNA hasil repliksi) terdiri dari satu untai orangtua (single strand DNA template) dan satu hasil sintesis untai baru. Orangtua helix ganda dari DNA membuka dan setiap untai bertindak sebagai template untuk produksi untai baru dengan nukleotida baru yang ditambahkan menurut pasangan basa. Pada tahun 1957, 4 tahun setelah publikasi Watson dan Crick, Matius Meselson dan Franklin Stahl memberikan bukti eksperimen dari sifat replikasi DNA semikonservatif. Sel berbeda dalam beberapa hal, tetapi kami (Matius Meselson dan Franklin Stahl) mengambil model replikasi DNA E.coli.

       Replikasi DNA adalah proses penggandaan DNA dengan menggunaan DNA yang telah ada sebagai cetakan dan melibatkan beberapa enzim dalam prosesnya. Enzim yang terlibat dalam proses replikasi DNA diantaranya :
-       Helicase
-       DNA Topoisomerase/gyrase
-       DNA Polymerase I
-       DNA Polymerase III
-       DNA Pimase
-       DNA Ligase
Fungsi enzim yang tercantum pada uraian di atas yaitu:
-       Helicase : memutus ikatan hidrogen yang menyatuhkan double heliks DNA.
-       DNA topoisomerase : Bersama-sama enzim helicase, yaitu menekan ikatan yang menyatukan double heliks DNA, sehingga mengakibatkan tegangan dan DNA double heliks terpisah.
-       DNA polymerase I : Pemindahan primer (sequen RNA pendek)
-       DNA primase : Mensintesis primer (RNA primer) yang dapat dikenali oleh enzim DNA polymerase III untuk melengkapi single strand DNA.
-       DNA polymerse III : Memperpanjang primer yang disintesis oleh DNA primase atau menamba basa (rangkaian DNA baru).
-       Ligase : menyatukan fragmen okazaki yang bekerja pada ujung 3-5 sehingga menjadi untai DNA yang menyatu. 
Replikasi dimulai dari sequen spesifik yang biasa disebut Origin of Replication. Double heliks DNA mula-mula terpisah akibat enzim helicase memutus ikatan hidrogen yang menghubungkan double heliks DNA tersebut. Pembukaan keluar double heliks DNA disebabkan kerena meningkatnya tegangan di bagian lain, yang mana fungsi ini dilaksanakan oleh enzim topoisomerase (biasa dikenal dengan enzim gyrase). Seperti sebuah resleting DNA topoisomerse berpindah terus menerus, sehingga doble heliks DNA terus membuka. Saat doble heliks DNA terbuka menjadi single strand, single strand DNA ditempeli oleh primer (RNA primer) yang disintesis oleh enzim DNA primase. Penepelan primer pada bagian single strand DNA mengakibatkan DNA tidak dapat menyatu kembali. Setelah terjadi penempelan primer pada bagian single strand DNA, enzim DNA polymerase III menambah basa/membentuk nukleotida baru (memperpanjang primer). Pemebentukan nukleotida baru oleh enzim polymerase III dimulai dari primer yang disintesis oleh enzim primase dari arah 5-3. Pemanjangan primer betujuan untuk melengapi single strand DNA, sehingga menjadi double strand (DNA double heliks).  
Dalam proses replikasi DNA, proses pembentukan nukleotida yang melengkapi DNA untai tunggal terjadi dua arah yaitu arah 5-3 yang disebut dengan leading strand dan arah 3-5 yang disebut lagging strand. Pada arah lagging strand enzim polymerase III bekerja secara kontinnyu untuk membentuk nukleotida yang melengkapi DNA untai tunggal. Sementara pada ujung 3-5 atau lagging strand tidak bekerja secara kontinu (diskontinu), sehingga dibutuhkan fragmen okazaki untuk melengkapi DNA untai tunggal agar proses replikasi bekerja secara bersamaan. Fragmen okazaki berbentuk untai tunggal yang terputus-putus (fragmen-fragmen pendek). Fragmen-fragmen okazaki tersebut kemudian disatukan oleh enzim ligase pada akhir replikasi. 
 
Proses replikasi DNA prokariot tercantum pada gambar berikut :
 
                                                                                                                             

Referensi :
Hogg S., 2005, Essential Microbilogy, The University of Glamorgan, UK.