LAPORAN
MIKOLOGI
PRAKTIKUM
I
STRUKTUR
MORFOLOGI DAN JEJAK SPORA JAMUR
~
OLEH
:
NAMA : RIDWAN
STAMBUK : F1D1 11 021
ASISTEN :
CHRISTYANI DIAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur
adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk
benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung khitin
atau selulosa atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya
terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora.
Jamur
(fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur
terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi,
jamur juga dapat ditemukan hampir di semua tempat dimana ada materi organik.
Jika lingkungan disekitarnya mongering, jamur akan menjalani tahapan istirahat
atau menghasilakn spora. Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jamur
disebut mikologi.
Perbedaan jamur dengan tumbuhan tinggi (kingdom Plantae) antara
lain tubuh jamur berupa talus (tunuh sederhana yang tidak mempunyai akar, akar,
batang, dan daun) sedangkan tumbuhan sudah mempunyai akar, batang, dan daun.
Selain itu, jamur tidak berklorofil sehingga tidak membutuhkan cahaya matahari
untuk menghasilkan makanan. Jamur bersifat heterotrof saprofit atau heterotrof
parasit. Sedangkan tumbuhan memiliki klorofil sehingga bersifat fotoautotro,
yaitu mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal-hal yang
dapat dijadikan rumusan masalah yaitu:
1.
Bagaimana struktur morfologi pada
beberapa jamur?
2. Bagaimana
jejak spora yang dihasilkan oleh beberapa jamur?
C. Tujuan Praktiku
Tujuan dari praktikum Struktur Morfologi dan Jejak
Spora Jamur yaitu:
1.
Untuk mengetahui struktur morfologi pada
jamur.
2. Untuk
mengetahui jejak spora yang dihasilkan oleh beberapa jamur.
D.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum
Struktur Morfologi dan Jejak Spora Jamur yaitu:
1.
Dapat mengetahui struktur morfologi pada
jamur.
2.
Dapat mengetahui jejak spora yang
dihasilkan oleh beberapa jamur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem
pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya
berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi
untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak
makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari
makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup (Pracaya, 2007).
Jamur tidak
berklorofil, dinding sel jamur mengandung kitin. Kitin adalah polisakaria yang
terdapat pada kulit kepiting dan udang-udangan (jika dipanaskan berubah warna
menjadi kemerahan). jamur
multiseluler terbentuk dari rangkaian sel
yang membentuk benang seperti kapas yang disebut hifa. Dilihat dari mikroskop
hifa ada yang bersekat-sekat melintang. Tiap-tiap sekat mempunyai satu sel
denagn satu inti atau bebrpa inti sel. Da pula hifa yng tidak bersekat
melintang dan mengnadung benyak inti. Kumpulan hifa membentuk jaringn benang
yang disebut miselium (Suriawiria, 1986).
Basidiomycota merupakan kelompok
jamur yang mempunyai tingkat perkembangan yang tinggi bila dibandingkan dengan
kelompok jamur lainya. Jamur ini bersifat makroskopis dengan tubuh buah yang
besar (mudah dilihat dengan mata telanjang). Hifanya bersekat dengan sambungan
apit (clamp connection). Tubuhnya bersel banyak (multiseluler).
Miseliumnya memasuki ujung atau seluruh subtract (Riecka, 2012).
Basiddiomycota bekembangbiak secara
seksual dan aseksual. Secara seksual dengan cara konjugasi atau dengan
basidiospora yang dibentuk di dalam basidium. Sedangkan secara seksual dengan
membentuk tunas, konidia, dan fragmentasi miselium. Contoh jamur yang termasuk
dalam divisi ini antaralain Volvariella volvaceae (jamur merang), Auricularia
aurita, Ustilago rirens (jamur karat), Puccinia graminis
(jamur api), Agaricus bisporus (jamur champignon), Amanita muscaria,
dan Ganoderma Aplanatum (Coyne, 1999).
Jamur
berkembangbiak dengan dengan spora dan umunya secara seksual ataupun aseksual.
Semula jamur dianggap sebagai tumbuhan. Klasifikasi yang memasuki fungi kedalam
dunia karena beralasan karena keasaman dalam hidupnya, habitat hidupnya pada
umumnya di tanah. Fungi yang mengahasilkan tubuh buah seperti hal pertumbuhan lumut (Subandi, 2010).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Struktur Morfologi dan Jejak Spora Jamur dilaksanakan pada hari Senin, pada
tanggal 23 Septemberer 2012, pada pukul 10.00-11.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum Struktur Morfologi dan Jejak Spora Jamur adalah
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada Praktikum Struktur
Morfologi dan Jejak Spora Jamur
No.
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Cawan
petri
Spidol
Silet
Kamera
Alat
tulis
|
Untuk menutup jamur
Untuk menghitamkan kertas putih
Untuk memotong tangkai pada jamur
Untuk mengambil hasil pengamatan
Untuk menulis hasil pengamatan
|
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Struktur
Morfologi dan Jejak Spora Jamur dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Struktur
Morfologi dan Jejak Spora Jamur
No
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1.
2.
|
Jamur
Makroskopis
Kertas
Putih
|
Sebagai bahan pengamatan
Untuk mengamati jejak spora
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Struktur Morfologi dan
Reproduksi Jamur yaitu:
1. Pengamatan Struktur Morfologi Jamur
a.
Menyiapkan jamur yang
sudah diambil dari substratnya
b.
Mengamati struktur atau
bagian luar jamur
c.
Mengamati bentuk,
warna, ukuran jamur tersebut
d.
Memperhatikan dan
mengamati bagian akarnya, tangkai, cincin, tudung, lamela dan sporanya.
e.
Mengambil gambarnya
dengan menggunakan kamera, kemudian di masukkan dihasil pengamatan.
2. Pengamatan Jejak Spora
a.
Mengambil kertas putih
polos, kemudian setengah dari kertas diberi warna hitam. Ukuran kertas
disesuaikan dengan ukuran jamur yang akan diamati jejak sporanya
b.
Mengambil jamur yang
sudah diamati morfologinya
c.
Memotong bagian tangkai
sampai akarnya, hanya tudungnya yang diambil
d.
Jamur yang sudah
dipotong tangkainya, kemudian tudungnya tersebut di simpan di atas kertas yang
sudah diberi warna hitam dengan posisi, bagian bawah jamur yang di hadapkan
dikertas.
e.
Mengamati warna spora
yang jatuh setelah 1-7 hari
f.
Mengambil gambar jejak
spora yang didapat dan memasukkannya dihasil pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan
Struktur Jamur pada
praktikum Struktur Morfologi dan Reproduksi Jamur
a.
Jamur kayu (Polyporus sulphureus)
1
|
Ket:
1. Pori-pori
|
b. Jamur Kuping (Auricularia auricular)
2
|
Ket:
1. Spora
2. Bilah
(lamella)
|
1
|
f. Jamur kayu (Polyporus sp. )
3
|
2
|
1
|
B. Pembahasan
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun
dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut
miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang
yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma
dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan
hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar
yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau
hifa senositik. Struktur
hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak
diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada
jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria
yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat.
Tubuh
jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan
yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi membran
plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan
hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar
yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Reproduksi jamur dapat secara seksual
(generatif) dan aseksual
(vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang
multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan
memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air
atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak
gametangium dan konjugasi. Kontak
gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua
individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami
(peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).
Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi
tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau
miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan
meiosis.
Praktikum Struktur
Morfologi dan Reproduksi Jamur
dilakukan pengamatan terhadap berbagai macam jamur diantaranya yaitu jamur kayu
(Polyporus sulphureus), jamur kuping (Auricularia auricular) dan Polyporus, pada masing-masing jamur tersebut dapat diamati struktur
morfologinya secara langsung, misalnya pada jamur
kayu (Polyporus
sulphureus), dapat
berupa pori dan spora, kemudian pada Jamur Kuping (Auricularia auricular) sturuktur yang dapat diamati berupa spora dan
lamella. Serta pada Polyporus, struktur yang diamati berupa akar (Rhizoid) tudung (Pileus) bilah (lamella).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai hasil pengamatan dan
literature yang diperoleh maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Struktut
morfologi jamur berupa lamella, akar (Rhizoid) dan tudung (Pileus) serta reproduksi
jamur dapat secara seksual (generatif) dan
aseksual (vegetatif). Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora.
B. Saran
Saran yang dapat diajukkan pada
praktikum Struktur Morfologfi dan Jejak Spora adalah agar praktikum selanjutnya
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Coyne, Mark S., 1999, Soil Microbiology
An Exploratory Approach, Delmar Publisher USA
Pracaya, 2007, Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar
Swadaya, Jakarta
Riecka.2012.http://rieckamissziiph.blogspot.com/2012/03/pengamatan-morfologi-fungi-praktikum.html., diakses tanggal 1 Oktober 2013
Subandi, 2010, Mikrobiologi,
Remaja Rosdakarya, Bandung
Suriawiria, Unus, 1986, Pengantar
Mikrobiologi Umum, Angkasa,
Bandung
semoga bermanfaat
BalasHapus